Dream Catcher~
Welcome to Dream Catcher! Follow or go back Home.
Eyebrow Pencil, Pencerahan Batin & Pengenalan Karakter
Jumat, 16 Maret 2012 @ 07.12 | 0 Comment [s]


Aloha! How are you guys? So sorry gak pernah update blog akhir-akhir ini. Seriously, school drive me crazy. Walaupun kemarin sempat libur 4 hari karena ada Try Out kakak senior kelas 12 *HURRAYY*
Well, selama liburan 4 hari yang amat-terasa-super-duper-cepet-banget, kegiatan gue cuma tidur-makan-kerja kelompok-belajar-ngerjain peer-ngetik-makan-bersihin rumah-nonton-dan-tidur lagi. Dan begitu seterusnya siklus berputar sampai gak terasa 4 hari. What a short holidays!Then, the akward moments ialah.. saat suatu malam, saat gue sedang melongo menatap betapa serunya film Mannequin di MGM Channel, tiba-tiba mama datang dan membawa banyak bungkusan besar. Gue cuek aja sambil terus melongo menatap layar televisi. Mama gue tetap asyik untuk membongkar-bangkir barang belanjaan. Gue masih tetap cuek, setelah puas menonton, gue akhirnya menyerah dan menyerahkan seluruh hidup gue di atas bantal, dan zzzzzzzz tertidur -___-

Dan, setelah itu. Keesokan harinya, di suatu siang yang terik, saat gue tengah asyik membaca novel Sunshines Become You nya Ilana Tan di ruang tamu, di tengah kipas angin yang sedang memutar menjalankan fungsinya, bunyi derak pintu terbuka, dan mama gue menenteng beberapa bungkusan, dan duduk di samping gue. Lalu..
Mama : "Kon, mana alis kamu?"
Swear, gue merasa ini adalah pertanyaan paling terkonyol di dunia. Nyokap gue sendiri, yang merawat, membesarkan, dan mendidik gue selama 16 tahun ini.. selalu mendidik gue bagaimana menjadi anak yang baik, mengajari sopan santun, menemani gue belajar waktu kecil, membeli seluruh kebutuhan gue, menjadi teman curhat gue (Kadang..) dan ternyata.. ternyata.. TERNYATA nyokap gak tau letak alis gue dimana?!! Asli gue rasanya pengen loncat dari puncak monas ke bawah. Sayang, karena gue masih mengingat bahwa Tuhan itu baik, maka gue urungkan niat absurd ini.

Oke, back to the topic, gue cuma membalas dengan muka setengah pasrah "Alis aku di sini Ma. Memang ada apa?" Nyokap gue pun dengan semangat mengeluarkan dua buah eyebrow pencil alias pensil alis beda warna, coklat dan hitam. "Nih, mama pake ke alis kamu yah.."


Karena gue bukan tipikal cewek yang suka dandan dan akrab dengan make up, gue ngangkat alis tanda kebingungan. Untuk apa nyokap gue nyuruh make pensil alis beda warna? Ternyata..

Mama : "Kona, pake pensil alis ini yah. Mama cuma mau coba, produk eyebrow  pencil terbaru ini bagus gak buat alis alis remaja kayak kamu."
Gue :  ".............."
Mama : "Kamu makenya beda-beda yah. Di alis kanan, pake warna coklat, di alis kiri pake warna hitam. Nah, nanti mama mau lihat, eyebrow pencil mana yang paling bagus. Buatan ***** atau merk ***** (Sensor terlalu kuat, menyangkut nama merk dagang :p)
Me : ".........."
Mama : "Dan, pensil alisnya jangan kamu hapus, sampai nanti sore yah! Sekalian mama mau lihat, kamu lebih cocok pake yang mana, warna hitam, atau warna coklat!"
Dan setelah itu, nyokap gue mengukirkan garis-garis tipis mengikuti pola alis gue. Dan setelah gue ngaca, gue gak ada bedanya sama Hanoman naik delman -__- Tapi nyokap gue bilang, pake aja, dan pikirin warna apa yang cocok buat kamu. Terus, nyokap gue pergi.

Gue semakin bingung. Apalagi bentar lagi, gue harus nganterin adek gue yang cowok, Kevin untuk les. Sementara, sapuan eyebrow pencil beda warna ini harus terus ada di alis gue, yah kalau gak mau nyokap mengomel. Akhirnya, dengan berat hati, gue antar adek gue dengan alis yang beda-warna-serasa-jadi-mas-mas-main-ketoprak.

Di perjalanan, gue mengarahkan kaca spion motor ke kedua alis malang gue. Warna coklat pensil alis yang di guratkan ke alis gue sungguh mengerikan. Membuat gue terlihat seperti baru aja abis bakar alis. Merah-merah gak jelas. Jelek abis. Padahal, gue selalu berpikir bahwa gue bakalan cocok pake pensil alis berwarna coklat, karena mama gue terlihat cantik banget dengan warna itu. Ternyata, tipikal wajah dan warna kulit itu berbanding lurus dengan tingkat kecocokan seseorang dalam memakai make up yang serasi dengan bentuk dan warna wajahnya. Sedangkan, alis sebelah kiri gue juga sama mengenaskannya. Alis gue emang gak kayak abis kebakaran, tapi lebih mirip sama sapu ijuk yang nempel di alis. Tebel abis. Bikin gue merasa jadi anak emo yang kejepit pintu. Bener-bener super gak keren. Tapi di banding alis coklat, alis hitam lebih match di gue.

Sembari menunggu adek gue selesai les, gue berpikir. Pantas aja, hampir sebagian wanita menganggap bahwa make up itu adalah separuh jiwa sang wanita. Sedikit polesan aja, mereka terlihat menjadi lebih berbeda. Saat nyokap gue meng'eskperimen' gue, gue jadi sadar. Bahwa ternyata apa yang kita kira cocok dengan diri kita, itu belum tentu bagus dan cocok dengan diri kita. Dan apa yang belum pernah kita coba dan pikirkan sebelumnya, hal yang terlalu kita anggap sebelah mata, ternyata lebih cocok dengan kita. Seperti kehidupan, dalam menentukan tujuan hidup, rasanya kita terlalu yakin kepada satu tujuan, dan berusaha fokus untuk mencapai tujuan itu, dan ternyata kita jadi terlalu naif, jadi terlalu kaku, dan hanya berputar pada satu arah, istilah kasarnya jalan di tempat.Susah membuka diri untuk hal-hal baru, dan sulit berinovasi. Akibatnya, apabila apa yang kita usahakan tidak tercapai dengan optimal, dampaknya besar dan benar-benar membuat down semangat. Ujung-ujungnya depresi ringan, stress, sampai akhirnya berujung pada gangguan jiwa akut, atau bunuh diri.

Dan seperti warna pensil alis yang hanya berpusat rata-rata pada dua warna dasar yang gelap, hitam & coklat. Seperti kehidupan yang putih, hitam, maupun abu-abu/coklat. Seperti itulah sifat harfiah manusia. Ada sisi terang, gelap, maupun abu-abu; dimana sisi gelap dan terang berkecimpung menjadi satu kesatuan yang disebut dengan kepribadian tengah. Entahlah. Life it seems difficult for understand.



Seperti pensil alis, gue berusaha untuk membuat suatu terobosan baru, simple, tapi mengena. Sederhana, tapi berpengaruh. Gak perlu banyak bicara omong kosong, tapi resultnya jelas. Entahlah. Gue terlalu pusing dengan berbagai problematika, dan gue meyimpulkan arti dari sebuah guratan pensil alis sampai sejauh ini.

Well, whatever, life must go on.

Love, Laugh, Live, Hapiness.

   Frangconna


 

Label: , , , , , , , , , , , ,



Older Post | Newer Post
Profile


Hello Everyone! Welcome to Dream Catcher~ Please Leave Your Comments^^.
Please Don't Remove The Credits

Entry Profile Stuff Links



Tagboard
Your cbox here.

Round of applause
This awesome template made by : Nur | Izzati
Background : Faqihah
#Don't remove this
#Don't ripping